Auliaur Rahman
SMP Negeri 34 Muaro Jambi, Jalan Candi
Muaro Jambi, Kabupaten Muaro Jambi
E-mail: auliaur@yahoo.co.id
Abstrak: Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis cerpen di kelas IX SMP. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan metode penelitan dengan
pendekatan mixing methods (metode yang memadukan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif). Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dan kemampuan siswa dalam
menulis cerpen meningkat setelah guru menerapkan metode EGP (Emosional, Gerak cepat, Perevisian).
Kata Kunci: Menulis Cerpen, Metode EGP.
Abstract: Generally this reseach conducted for improving student’s ability writing
short story at nine grade’s junior high school student. This reseach used
mixing methods (mixing between qualitatif and quantitatif approach). This
reseach is classroom action reseach (CAR) conducted in two cycles. The result
of this reseach shows that learning process and students ability in writing
short story after the teacher implemented EGP method increased (Emotional,
Rapid response, Revision).
Key
words: Writing short story, EGP Method.
Menulis merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang mutlak harus dikuasai oleh siswa sekolah menengah pertama (SMP).
Keterampilan menulis mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan siswa. Dengan
menulis, siswa dapat menuangkan ide dan perasaannya untuk dibaca oleh orang
lain.
Kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia aspek bersastra SMP
kelas IX untuk sub aspek menulis dijelaskan bahwa siswa harus mampu menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang
pernah dialami (Santoso, 2013:132). Menulis cerpen adalah menarasikan berbagai kejadian baik
nyata ataupun hasil rekaan ke dalam
bentuk tulisan yang habis dibaca sekitar 10 menit atau terdiri atas 500 hingga
5000 kata yang kejadiannya
sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. (Nurgiantoro,
2011). Untuk mencapai standar kompetensi tersebut,
proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bukan sekadar pengajaran
teori-teori sastra, tetapi lebih menekankan praktik menulis agar tuntutan
standar kompetensi tersebut dapat dicapai.
Tuntutan Standar Kompetensi tersebut belum sesuai dengan harapan,
khususnya di
SMPN 34 Muaro Jambi Kelas IXb. Dari jumlah siswa 21 orang , hanya 5 siswa saja yang mampu menulis cerpen. Ini berarti hanya 24% siswa yang mampu
menulis cerpen. Sedangkan 76% siswa belum dapat menulis cerpen dengan baik. Oleh sebab itu, diperlukan suatu metode pengajaran untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa sebagai upaya tindak lanjut pengajaran
keterampilan menulis yang dilaksanakan selama ini.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa, faktor
penyebab kesulitan siswa dalam menulis cerpen antara lain adalah siswa kesulitan memilih tema yang tepat untuk
dijadikan tulisan dan keterbatasan kosa kata dalam pengembangan kalimat menjadi
paragraf yang padu sesuai tema yang dipilih.
Penerapan metode yang dilakukan guru sangat menentukan
keberhasilan siswa. Metode konvensional sangat tidak mendukung siswa dalam
kegiatan menulis. Esensi dari kegiatan menulis seharusnya menjadi kegiatan
menulis, tidak menjadi kegiatan mendengarkan, berbicara ataupun membaca.
Mengingat pentingnya keterampilan menulis cerpen bagi
siswa, maka kesulitan-kesulitan siswa dalam kegiatan ini harus diatasi. Upaya
yang dapat dilakukan antara lain, menyiapkan skenario
pembelajaran yang menarik minat siswa dengan pemilihan tema yang sederhana,
sedang dan akhirnya tema-tema yang update (kekinian). Hendaklah
tema-tema yang diplih tersebut dekat dengan dunia anak sesuai dengan
karakteristik kultur sosial budaya
masyarakat
lingkungan siswa. Dengan demikian menurut hemat penulis, pemilihan metode
sangat menentukan keberhasilan siswa.
Secara etimologis, metode berarti cara
melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran metode dapat diartikan cara yang
sistematis dan utuh untuk melaksanakan pembelajaran hingga mencapai tujuan.
(Andayani dan Pratiwi, 2013:21)
Lebih
lanjut (Andayani dan Pratiwi, 2013:21) mengemukakan bahwa:
Penentuan metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh pendekatan dan strategi yang dipilih. Sementara, untuk
mengingatkan kembali, penentuan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran
harus mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi ajar yang
diberikan, kondisi siswa, serta beberapa pertimbangan lainnya.
Berdasarkan pendapat tersebut, penulis
memperkenalkan suatu metode yang diberi nama EGP. Menulis cerpen dengan metode EGP diharapkan dapat mengatasi masalah siswa
dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Metode ini
memanfaatkan kecerdasan emosional siswa sebagai motor penggerak dalam menulis
cerpen. Jika emosional siswa terpancing, siswa langsung menulis cerpen hingga
selesai. Kegiatan menulis ini dilakukan
untuk mempertahankan apa yang telah dilihat, dirasa, dan didengar siswa tidak menghilang di dalam pikirannya disebabkan
aktivitas lain yang dilakukan siswa. Pada tahap akhir
metode ini, siswa melakukan perevisian dari hasil tulisannya tadi.
Pemaparan di atas sejalan dengan pendapat Garden, (1983)
bahwa terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni
mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap
emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara
emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk motivasi diri.
Metode EGP ini diilhami oleh Ary Ginanjar
Agustian yang mempopulerkan ESQ (Emotional
Spritual Question) melalui buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spritual. Agustian (2001: 11) mengemukakan bahwa Emotional
Question adalah kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah pada
kejujuran pada suara hati. Bertolak dari pemikiran tersebut, penulis
beranggapan bahwa dengan membangkitkan emosi siswa, siswa diharapkan mampu
menuliskan apa yang dirasakannya untuk dituankan ke dalam bentuk cerpen.
Sebagai landasan penerapan metode EGP dalam
pembelajaran di kelas, maka penulis
menyusun sintaks metode EGP yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Metode EGP
Fase
|
Peran Guru
|
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, manfaat
pembelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran.
|
Membangkitkan
emosional siswa
|
Guru
mengilustrasikan sebuah cerita (bisa dalam bentuk video) yang menyentuh
perasaan sehingga dapat membangkitkan emosional siswa.
|
Menulis
langsung (gerak cepat)
|
Guru
mendorong siswa untuk menulis langsung apa yang dirasakannya pada saat
ilustrasi disampaikan.
|
Perevisian
tulisan
|
Guru
membimbing siswa dalam merevisi tulisan dan
membantu siswa untuk mengetahui unsur-unsur yang membangun cerpen
(intrinsik
dan ekstrinsik) sehingga tulisannya menjadi sebuah cerpen.
|
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini
adalah untuk
meningkatkan proses pembelajaran dan kemampuan
siswa kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi dalam menulis
cerpen dengan menggunakan Metode EGP.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mixing methods), yakni
memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Desain penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas dengan tahapan penelitian model Kemmis
dan McTaggar yang terdiri atas beberapa pertemuan melalui tahap perencanaan
tindakan (Planning), pelaksanaan
tindakan (Action), observasi (obsevation), dan refleksi (Reflection) (Dasna, 2013: 19).
Tindakan yang dilaksanakan
dalam penelitian ini untuk meningkatkan kualitas proses dan kemampuan siswa
dalam menulis cerpen adalah metode EGP. Metode EGP dipilih dengan pertimbangan bahwa pada masa
sekarang siswa jarang memanfaatkan emosional siswa dalam pembelajaran. Padahal,
dengan memanfaatkan emosional yang ada pada diri siswa, maka siswa tersebut mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri,
memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi
dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat
untuk motivasi diri.
Pertimbangan lain mengenai
metode EGP yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakter jujur dan mensyukuri
apa yang telah Tuhan Yang Maha Esa berikan kepada mereka. Karakter tersebut
direalisasikan dengan rasa berterima kasih terhadap orang lain terutama kepada
orang tua. Kenyataan yang dijumpai pada diri siswa saat ini telah menipis. Metode
EGP diharapkan dapat menumbuhkan kembali sikap jujur dan berterima kasih kepada
orang lain. Hal ini sejalan dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dan Kurikulum 2013 yang mengutamakan aspek sikap dalam proses pembelajaran.
Gerak cepat dalam metode
EGP merupakan tahapan yang dilalui oleh siswa dalam menulis cerpen. Melalui
gerak cepat (menulis langsung), diharapkan ide yang muncul pada saat ilustrasi
dibaca atau ditayangkan tidak langsung menghilang dari benak siswa.
Perevisian merupakan
bagian akhir dari metode EGP yang merupakan bagian yang memerlukan bimbingan
dari guru agar cerpen yang ditulis siswa menjadi utuh sesuai dengan unsur-unsur
yang membangun cerpen. Dengan bimbingan guru pada tahap ini, cerpen yang dibuat
siswa diharapkan menjadi menarik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan kelas adalah (1) menyusun sintaks metode EGP, (2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaranan (RPP), (3) menentukan ilustrasi cerita yang dapat membangkitkan emosional siswa, dan (4) menyusun
perangkat evaluasi untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis cerpen.
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IXb SMP Negeri 34 Kabupaten
Muaro Jambi tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 21 orang siswa yaitu 10
orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
data selama proses pembelajaran dengan metode EGP berlangsung dan hasil pembelajaran berupa teks cerpen yang dihasilkan oleh
siswa.
Obsevasi dilakukan secara bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih
mendalam dan menyeluruh tentang pelajaran pada masing-masing siklus. Fokus
observasi adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang dilakukan oleh guru
dan siswa.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
mengumpulkan data proses dan hasil. Teknik pengumpulan data proses menggunakan
wawancara dan catatan selama proses pembelajaran berlangsung, sementara itu, untuk
teknik pengumpulan hasil belajar yang berupa skor digunakan teknik tes performansi
menulis cerpen, setelah diterapkannya metode EGP.
Analisis data dilakukan setiap kali
pemberian tindakan berakhir. Analisis data proses dalam penelitian ini menggunakan analisis
data kualitatif model Flow. Model ini terdiri atas 3 (tiga) komponen yang
dilakukan secara berurutan yaitu kegiatan reduksi data, sajian data, dan
penarikan simpulan. Analisis data hasil belajar
yang berupa skor dilakukan dengan statistik sederhana meliputi rata-rata kelas
dan persentase keberhasilan yang diperoleh siswa yang menggambarkan peningkatan
hasil pembelajaran dengan memperhatikan rubrik penilaian penulisan cerpen yang
meliputi empat aspek yaitu (1) tema, (2) alur, (3) karakter, dan (4) latar.
Indikator keberhasilan tindakan terhadap
kemampuan menulis cerpen siswa kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi adalah
apabila lebih dari 60% siswa dapat menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang
dialaminya.
HASIL
Peningkatan Proses Pembelajaran
dalam menulis Cerpen Melalui Metode EGP
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di saat prasiklus
menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan latihan dalam menulis
cerpen. Proses pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan kurang bermanfaat
bagi siswa. Siswa cenderung bercanda dan melakukan aktivitas di luar konteks
pembelajaran. Selain itu, minat dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran ini menjadi sangat minim sehingga berakibat tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Pada siklus I, perencanaan yang dipersiapkan
adalah menyusun ilustrasi yang dapat membangkitkan emosional siswa berkenaan
dengan peristiwa yang pernah dialami oleh siswa. Dalam penyusunan ilustrasi,
penulis mengangkat tema yang berkenaan dengan kehidupan rumah tangga siswa
terutama tentang pergaulan siswa dengan orang tuanya. Ilustrasi tersebut adalah
sebagai berikut.
Silakan ananda sekalian menutup mata dan
menundukkan kepala. “coba ananda renungkan bagaimana situasi yang terdapat di
rumah ananda. Bayangkan kondisi orang tua yang setiap hari membanting tulang
untuk memenuhi kebutuhan ananda. Dengan keringat yang mengucur, mereka rela
dengan apa yang mereka kerjakan demi kebahagiaan ananda. Mereka pergi pagi dan
pulang petang hanya untuk sesuap nasi dan mencari rupiah agar kehidupan ananda
bahagia.
Ketika ananda lahir di
dunia yang fana ini, dengan segenap tenaga ibu berusaha agar ananda selamat
walaupun nyawanya yang menjadi taruhan. Kebahagiaan mereka terasa lengkap
ketika tubuh ananda telah tampak di mata mereka. Air mata mereka menetes karena
bahagia sebab perjuangan mereka agar ananda selamat telah terbukti.
Di masa-masa kecil,
ananda dimanja, dipenuhi kebutuhan agar dapat hidup layak seperti anak-anak
lainnya. Disaat ananda pergi ke sekolah, setiap pagi ibu ananda mempersiapkan
segala hal untuk ananda. Mereka rela membangunkan ananda setiap subuh,
menyiapkan makanan, dan mendandani ananda agar siap belajar.
Tapi sekarang, ketika ananda sudah
menginjak kelas IX SMP, apa yang dapat ananda persembahkan untuk kebahagiaan
mereka? Apakah dengan bentakan ketika mereka meminta pertolongan untuk membeli
sesuatu di warung? Ataukah dengan sikap yang tidak semberono ketika berjalan
dihadapan mereka? Atau dengan tindakantindakan lain yang dapat menyakitkan hati
mereka.
Ananda, jika memang itu pernah ananda
lakukan. Mulai detik ini, silakan ananda bertekat untuk tidak akan mengulanginya
kembali. Silakan ananda bertekat untuk mengabdi kepada mereka seumur hidup
ananda dan
katakan kepada mereka bahwa ananda minta maaf karena sudah tidak peduli dengan
mereka.
Pada siklus I ini, siswa
meresapi apa yang telah diilustrasikan kepada mereka. Setelah siswa
mendengarkan ilustrasi tersebut, siswa dibimbing untuk mengaitkan ilustrasi
dengan peristiwa nyata yang pernah dialami oleh siswa di dalam keluarganya. Jika
siswa telah dapat mengaitkan ilustrasi dengan peristiwa nyata yang dialaminya,
siswa menulis langsung apa yang dirasakan dan dialaminya dalam bentuk cerpen.
Peningkatan proses
pembelajaran setelah dilaksanakan tindakan ini adalah pertama, pada aspek minat
siswa menjadi meningkat dalam menulis cerpen hal ini terbukti dengan teks
cerpen yang dibuat oleh 11 orang siswa menjadi lebih baik dibanding pada saat
pra penelitian yang hanya 7 orang (dari 33% menjadi 52%). Kedua, aspek
perhatian siswa juga meningkat setelah tindakan dilaksanakan yaitu dari 7 orang
menjadi 12 orang atau dari 33% menjadi 57%. Ketiga, keaktifan siswa dari segi
bertanya juga meningkat yakni 14 orang siswa atau 67% yang rajin bertanya demi
kesempurnaan cerpen. Hal ini meningkat dibanding pada saat pra penelitian yang
hanya 8 (38%) orang siswa yang bertanya. Namun, untuk keaktifan dalam
mempublikasikan hasil cerpennya tidak terdapat peningkatan dari kegiatan prasiklus
yakni hanya 10 orang atau 48%.
Pada siklus II, penulis
menggunakan media video untuk lebih meningkatkan kegiatan atau proses
pembelajaran agar siswa menjadi lebih berminat, lebih memperhatikan dan lebih
aktif dari siklus I. Hasil dari penggunaan media video ini dapat meningkatkan
proses pembelajaran menulis cerpen yang bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami siswa. Peningkatan proses terjadi pada minat yang pada siklus I
berjumlah 11 orang menjadi 15 orang atau 71%. Pada aspek perhatian, juga
terjadi peningkatan yang sebelumnya 12 orang menjadi 19 orang atau 90%. Aspek
keaktifan juga terjadi peningkatan dibanding dari proses siklus I, yakni keaktifan
bertanya meningkat menjadi 17 orang atau 81%. Pada aspek publikasi cerpen di
depan kelas terjadi peningkatan dari siklus I sebanyak 10 orang menjadi 15
orang atau 71%.
Peningkatan
Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen dengan Metode EGP
Peningkatan hasil belajar kemampuan menulis cerpen
siswa kelas IX SMP Negeri 34 Muaro Jambi pada tahap prasiklus, siklus I dan II
dapat dilihat dari empat aspek, yaitu aspek tema, alur, karakter, dan latar. Hasil belajar pada tindakan di setiap siklus
ini diperoleh dari penyekoran yang didasarkan pada kemampuan siswa dalam
menulis. Untuk mengetahui kemampuan menulis cerpen,
guru memberikan tes kepada siswa yang berupa tes menulis cerpen
dan penyekoran hasil tes tersebut diperoleh dengan memakai rubrik penilaian. Adapun data hasil penelitian pada prasiklus dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Data hasil penelitian pada prasiklus
No
|
Nama Siswa
|
Aspek Penilaian
|
Jumlah
|
Nilai
|
|||
Tema
|
Alur
|
Karakter
|
Latar
|
||||
1
|
Adi
Pengestu
|
18
|
12
|
12
|
16
|
58
|
64
|
2
|
Ahmad
Hudori
|
12
|
12
|
8
|
16
|
48
|
53
|
3
|
Albukhori
|
18
|
8
|
12
|
16
|
54
|
60
|
4
|
Anang
Depriansyah
|
12
|
8
|
8
|
16
|
44
|
49
|
5
|
Eko
Nugroho
|
12
|
12
|
8
|
16
|
48
|
53
|
6
|
Hikma Br
Harahap
|
18
|
12
|
8
|
16
|
54
|
60
|
7
|
Indah
Syah Putri
|
24
|
16
|
12
|
16
|
68
|
76
|
8
|
Indra
Gunawan
|
18
|
8
|
12
|
16
|
54
|
60
|
9
|
Isning
Widiastuti
|
12
|
8
|
8
|
16
|
44
|
49
|
10
|
Jimas
Rian
|
18
|
8
|
8
|
16
|
50
|
56
|
11
|
Kms.
Hilman
|
18
|
8
|
8
|
16
|
50
|
56
|
12
|
M.
Ardiansyah
|
12
|
8
|
8
|
16
|
44
|
49
|
13
|
Mutalina
|
12
|
8
|
8
|
16
|
44
|
49
|
14
|
Puja
Astuti
|
24
|
16
|
12
|
16
|
68
|
76
|
15
|
Repsi
Masrika
|
12
|
8
|
8
|
16
|
44
|
49
|
16
|
Rita
Rukmana
|
12
|
12
|
8
|
16
|
48
|
53
|
17
|
Robiyanto
|
12
|
12
|
8
|
16
|
48
|
53
|
18
|
Siska
Melati Putri
|
30
|
16
|
16
|
16
|
78
|
87
|
19
|
Siti
Alia
|
24
|
12
|
12
|
16
|
64
|
71
|
20
|
Swanto
|
12
|
8
|
8
|
16
|
44
|
49
|
21
|
Wilda Zahab
|
30
|
12
|
12
|
16
|
70
|
78
|
Rata-rata
|
17,14
|
10,67
|
9,71
|
16,00
|
53,52
|
59,47
|
|
Persentase keberhasilan (nilai sama atau
lebih besar dari 70)
|
24%
|
Sumber: catatan lapangan
dan analisis data prasiklus
Pada saat prasiklus, hanya 5 orang atau 24% dari siswa yang berada di
kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi dengan rata-rata kelas 59,47 yang dapat menulis cerpen bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami. Kondisi ini menjadi meningkat pada tindakan siklus I, yakni menjadi
47%. Namun, kriteria keberhasilan PTK belum tercapai pada siklus ini. Jadi,
perlu diadakan perbaikan pada siklus II. Perbaikan tersebut antara lain dengan
menampilkan video yang menyentuh perasaan dan emosional siswa. Data hasil penelitian pada siklus I dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Data hasil penelitian pada siklus I
No
|
Nama Siswa
|
Aspek Penilaian
|
Jumlah
|
Nilai
|
|||
Tema
|
Alur
|
Karakter
|
Latar
|
||||
1
|
Adi Pengestu
|
24
|
12
|
12
|
20
|
68
|
76
|
2
|
Ahmad Hudori
|
24
|
12
|
8
|
20
|
64
|
71
|
3
|
Albukhori
|
24
|
12
|
12
|
16
|
64
|
71
|
4
|
Anang Depriansyah
|
18
|
12
|
12
|
20
|
62
|
69
|
5
|
Eko Nugroho
|
18
|
12
|
8
|
16
|
54
|
60
|
6
|
Hikma Br Harahap
|
24
|
12
|
12
|
16
|
64
|
71
|
7
|
Indah Syah Putri
|
30
|
18
|
12
|
16
|
76
|
84
|
8
|
Indra Gunawan
|
18
|
12
|
12
|
16
|
58
|
64
|
9
|
Isning Widiastuti
|
24
|
12
|
12
|
16
|
64
|
71
|
10
|
Jimas Rian
|
24
|
8
|
8
|
16
|
56
|
62
|
11
|
Kms. Hilman
|
24
|
8
|
8
|
16
|
56
|
62
|
12
|
M. Ardiansyah
|
18
|
8
|
8
|
16
|
50
|
56
|
13
|
Mutalina
|
18
|
12
|
8
|
16
|
54
|
60
|
14
|
Puja
Astuti
|
24
|
16
|
12
|
16
|
68
|
76
|
15
|
Repsi
Masrika
|
18
|
12
|
8
|
16
|
54
|
60
|
16
|
Rita
Rukmana
|
18
|
12
|
12
|
16
|
58
|
64
|
17
|
Robiyanto
|
18
|
12
|
8
|
16
|
54
|
60
|
18
|
Siska
Melati Putri
|
30
|
16
|
16
|
20
|
82
|
91
|
19
|
Siti
Alia
|
30
|
12
|
16
|
16
|
74
|
82
|
20
|
Swanto
|
18
|
12
|
8
|
16
|
54
|
60
|
21
|
Wilda
Zahab
|
30
|
12
|
16
|
20
|
78
|
87
|
Rata-rata
|
22,57
|
12,10
|
10,86
|
16,95
|
62,48
|
69,42
|
|
Persentase keberhasilan
(nilai sama atau lebih besar dari 70)
|
47%
|
Sumber: catatan lapangan
dan analisis data hasil siklus I
Berdasarkan hasil observasi dan penilaian pada
tindakan siklus II, menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik. Peningkatan tersebut yaitu 14 dari 21 orang siswa
66% telah berhasil menulis cerpen yang bertolak dari peristiwa yang pernah
dialami. Data hasil penelitian pada
siklus II dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data hasil penelitian pada siklus II
No
|
Nama Siswa
|
Aspek Penilaian
|
Jumlah
|
Nilai
|
|||
Tema
|
Alur
|
Karakter
|
Latar
|
||||
1
|
Adi Pengestu
|
24
|
12
|
12
|
20
|
68
|
76
|
2
|
Ahmad Hudori
|
24
|
12
|
8
|
20
|
64
|
71
|
3
|
Albukhori
|
24
|
12
|
18
|
20
|
74
|
82
|
4
|
Anang Depriansyah
|
24
|
12
|
18
|
20
|
74
|
82
|
5
|
Eko Nugroho
|
18
|
12
|
12
|
20
|
62
|
69
|
6
|
Hikma Br Harahap
|
24
|
12
|
12
|
20
|
68
|
76
|
7
|
Indah Syah Putri
|
30
|
18
|
18
|
16
|
82
|
91
|
8
|
Indra Gunawan
|
24
|
12
|
12
|
16
|
64
|
71
|
9
|
Isning Widiastuti
|
24
|
12
|
12
|
16
|
64
|
71
|
10
|
Jimas Rian
|
24
|
8
|
12
|
16
|
60
|
67
|
11
|
Kms. Hilman
|
24
|
8
|
12
|
20
|
64
|
71
|
12
|
M. Ardiansyah
|
24
|
12
|
12
|
16
|
64
|
71
|
13
|
Mutalina
|
18
|
12
|
12
|
16
|
58
|
64
|
14
|
Puja Astuti
|
30
|
16
|
12
|
16
|
74
|
82
|
15
|
Repsi
Masrika
|
18
|
12
|
12
|
16
|
58
|
64
|
16
|
Rita
Rukmana
|
18
|
12
|
12
|
16
|
58
|
64
|
17
|
Robiyanto
|
18
|
12
|
8
|
16
|
54
|
60
|
18
|
Siska
Melati Putri
|
30
|
16
|
16
|
20
|
82
|
91
|
19
|
Siti
Alia
|
30
|
12
|
16
|
16
|
74
|
82
|
20
|
Swanto
|
18
|
12
|
8
|
16
|
54
|
60
|
21
|
Wilda
Zahab
|
30
|
16
|
16
|
20
|
82
|
91
|
Rata-rata
|
23,71
|
12,48
|
12,86
|
17,71
|
66,76
|
74,18
|
|
Persentase keberhasilan
(nilai sama atau lebih besar dari 70)
|
66%
|
Sumber: catatan lapangan
dan analisis data hasil siklus II
Berdasarkan kriteria
keberhasilan penelitian yang telah diungkapkan pada bagian metode penelitian,
maka penelitian tindakan kelas ini telah mencapai target yang diharapkan, yaitu
lebih dari 60% siswa sudah dapat menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang
pernah dialaminya.
Pembahasan
Peningkatan siswa dalam
menulis cerpen tampak setelah diadakan tindakan pada setiap siklus. Dengan
membandingkan sebelum hingga akhir penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa metode
EGP dapat meningkatkan proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis
cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
Pernyataan tersebut
didasari kenyataan di lapangan bahwa sintaks metode EGP yang merupakan pedoman penerapan
metode mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen bertolak dari
peristiwa yang telah dialami oleh siswa baik dari segi proses pembelajaran
maupun hasil skor siswa setelah menulis cerpen.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Fitriana yang meneliti tentang peningkatan
keterampilan menulis cerpen melalui media berita dengan metode latihan
terbimbing. Fitriana (2011) memaparkan bahwa terjadi peningkatan
keterampilan siswa dalam menulis cerpen melalui media berita dengan metode
latihan terbimbing. Media berita dengan metode latihan terbimbing dapat
meningkatkan motivasi, antusias, rasa senang, dan rasa positif
siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Siswa menjadi lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran seperti bertanya kepada guru hal yang tidak diketahui,
menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan berani mengungkapkan pendapat
saat berdiskusi.
Penelitian
lain yang sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh Suriyani, Nursaid, dan
Zulfikarni (2013) yang memaparkan terjadinya peningkatan siswa dalam menulis
cerpen dengan metode latihan terbimbing. Pertama,
metode latihan terbimbing dalam pembelajaran menulis cerpen ternyata sangat
baik diterapkan dalam PBM. Terlihat dalam aktivitas siswa selama PBM
berlangsung. Aktivitas siswa tersebut terdiri atas perhatian siswa terhadap
berbagai aktifitas PBM, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, keaktifan siswa
dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, keaktifan siswa dalam menjawab
pertanyaan, dan rasa senang siswa dalam PBM. Dengan demikian, berdampak positif
pada peningkatan kemampuan menulis cerpen. Kedua, metode latihan
terbimbing dapat meningkatakan sikap dan perilaku positif siswa dalam PBM serta
prestasi siswa dibidang menulis cerpen. Ketiga, metode latihan
terbimbing dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X2 SMA
Negeri 6 Padang. Keempat, setelah dilakukan pengujian, ternyata
peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X2 S MA Negeri 6 Padang adalah
signifikan.
Metode
dan media yang digunakan pada kedua penelitian di atas berbeda dengan metode
yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Meskipun demikian, hasil
penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam
menulis cerpen. Hal ini berarti bahwa metode apapun yang digunakan dalam
pembelajaran di kelas memungkinkan guru lebih memiliki kreativitas dan inovasi
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pada
bagian akhir sintaks metode EGP, yakni perevisian juga menuntut guru untuk
melakukan pembinaan dan pembimbingan terhadap siswa dalam merevisi hasil
tulisannya. Kegiatan perevisian dalam metode EGP merujuk pada proses latihan
terbimbing yang menjadi hasil penelitian peneliti terdahulu. Berdasarkan
kenyataan tersebut, metode EGP merupakan pengembangan dari metode latihan
terbimbing atau dengan kata lain metode latihan terbimbing plus.
Metode
EGP dirasakan sangat relevan pada saat sekarang karena mendukung program
pemerintah dalam menumbuhkan dan meningkatkan karakter kebangsaan terutama
karakter jujur dan mensyukuri apa yang telah dianugrahkan Tuhan kepada mereka (Permendikbud
Nomor 68 Tahun 2013). Dengan demikian, metode EGP mampu menjawab tuntutan
kurikulum baik pada saat sekarang maupun pada saat yang akan datang.
Metode EGP baik digunakan karena (1) pembelajaran lebih
menyenangkan bagi siswa dan guru, (2) siswa lebih aktif dan kreatif, (3) emosional
siswa lebih tergali, (4) mengurangi hal-hal yang bersifat verbalistik dan
abstrak, (5) menimbulkan respon positif dari siswa yang lamban atau kurang
cakap, dan (6) guru lebih dimudahkan
dengan pemilihan bahan ajar seperti
video dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan siswa.
Walaupun metode EGP baik digunakan, namun
ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Kelemahan tersebut adalah (1) tidak semua siswa
memiliki kesiapan mental untuk mengungkapkan ide yang sesuai dengan ilustrasi
yang diberikan guru, (2) tidak semua guru bersedia mengenali minat dan emosional siswa, dan (3) tidak ada
interaksi antar siswa karena siswa disibukkan untuk menulis cerpen.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, simpulan penelitian ini adalah, pertama, metode EGP terbukti dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa dalam menulis cerpen
bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Peningkatan proses tersebut meliputi minat, perhatian, dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran. Kedua, metode EGP terbukti dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa dalam menulis cerpen
bertolak dari peristiwa yang pernah dialami penggunaan.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada guru mata pelajaran
bahasa Indonesia tingkat SMP, agar dalam pembelajaran menulis cerpen bertolak
dari peristiwa yang dialami dengan menggunakan metode EGP karena telah terbukti dapat meningkatkan proses dan hasil kemampuan siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
DAFTAR RUJUKAN
Agustian, A.G. 2001. Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ
Jilid 1. Jakarta: PT Arga Tilanta.
Andayani, K., Pratiwi, Y. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Kreatif dan Inovatif. Malang: UM
Press.
Dasna, I.W. 2013. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Malang: UM Press.
Fitriana, D. I. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Media
Berita dengan Metode Latihan Terbimbing
Pada Siswa Kelas X.3 Sma
Negeri 1 Rembang Purbalingga. (online). http://eprints.uny.ac.id. Diakses pada
tanggal 4 November 2013
Garden, H. 1983. Kecerdasan
Emosional. (online). HTTP://id.wikipedia.org. diakses pada tanggal 1
Agustus 2013.
Nurgiantoro. 2011. Definisi cerpen menurut
beberapa pakar. (online). HTTP://id.scribd.com. diakses pada tanggal 1 Agustus 2013.
Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs. (online). HTTP://ikapidkijakarta.com. Diakses pada tanggal 5 November 2013
Santoso, A. 2013. Pendalaman
Materi Bahasa Indonesia. Malang: UM Press.
Suriyani,
Nursaid, dan Zulfikarni. 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan
Latihan Terbimbing Siswa Kelas X.2 Sman 6 Padang. (online). http://ejournal.unp.ac.id diakses pada tanggal 4 November
2013.
2 Komentar untuk "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX SMP DENGAN METODE EGP"
Barokallah tulisan Anda sangat membantu. Jazakilahu khairan katsiran
Alhamdulillah, syukran 'ala musa'adatikum.